Translate

Rabu, 29 Oktober 2014

First post

Pertanian Indonesia
            Indonesia, negara yang terbentang dari Sabang hingga Merauke. Dari Pulau Weh sampai Pulau Rote yang penuh dengan anugrah dari Tuhan. Dengan luas mencapai     5.193.250 km2  yang terdiri dari 17.506 pulau serta dikelilingi laut indah nan permai. Daratan terhampar luas dengan gunung-gunung menjulang tinggi dialiri sungai-sungai yang menjadi sumber kehidupan. Sungguh subur tanah di Indonesia ini, tak heran dahulu banyak bangsa lain yang ingin mengusai negeri ini. Mereka berkata bahwa tanah ini adalah tanah surga, apapun yang ditanam di negeri ini pasti akan tumbuh subur.
            Tanah yang subur menjadikan Indonesia menjadi negara agraris, negara dengan sektor pertanian yang diunggulkan yang diharapkan dapat menyejahterakan rakyatnya. Sudah ratusan tahun lalu nenek moyang bangsa ini melakukan budidaya pertanian tapi apa kenyataannya, pada tahun 2013 Indonesia masih saja mengimpor produk-produk pertanian seperti kedelai, bawang putih, bawang merah, serta produk-produk pertanian lainnya.
Berbagai usaha telah dikerahkan untuk memajukan dan membangun pertanian. Jika dilihat di lapangan, pemerintah sudah berusaha dengan mengerahkan penyuluh-penyuluh pertanian untuk membantu petani, pupuk-pupuk bersubsidi didistribusikan, kelompok-kelompok tani dibentuk untuk memudahkan komunikasi. Petani juga sudah berusaha, tenaga tua mereka gadaikan untuk panen yang belum dapat dipastikan. Lalu  bagaimanakah dengan usaha para pemuda yang memegang masa depan bangsa, masa depan pertanian Indonesia.
Pertanian adalah sebuah bidang pekerjaan yang identik dengan penderitaan. Panas, hujan, angin, lumpur, ular berbisa seakan melekat dalam dunia pertanian yang menjadi resiko pasti yang akan dihadapi. Begitupun dengan petani, sosok seseorang yang menggeluti dunia pertanian. Badannya kurus, bajunya kotor, keringatnya bercucuran, dengan nafas yang tersengal-sengal. Usahanya keras tapi hasilnya masih dipertaruhkan. Keadaan ekonominya lemah atau di bawah rata-rata dan dapat dikatakan hidupnya kurang sejahtera. Setidaknya begitulah pandangan umum yang kerap dilihat banyak orang mengenai pertanian Indonesia, baik dilihat secara langsung maupun yang ditampilkan di media-media informasi baik elektronik maupun cetak.
Pertanianpun dipandang sebelah mata di era modern ini. Banyak pekerjaan selain petani, yang tentunya lebih mudah, tidak perlu usaha keras namun hasilnya maksimal, serta serba instan. Teknologi baru yang digandrungi, seperti robot dan komputer yang perkembangannya sangat dikagumi banyak pemuda. Misalnya saja handphone dengan inovasi terbaru yang selalu menjadi buruan, warnet-warnet dengan game online yang selalu ramai serta mall dan pusat perbelanjaan yang tak pernah sepi dipenuhi anak muda.
 Pendidikan di bidang pertanian juga kurang disegani, terbukti dengan siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) yang lebih banyak memilih jurusan teknik dari pada pertanian serta para pendaftar perguruan tinggi yang menempatkan pertanian menjadi opsi terakhir mereka.
Pertanian semakin tak berarti lagi. Sebagian besar anak Indonesia, yang ayah dan ibunya bekerja sebagai petani tak lagi bercita-cita menjadi petani. Penderitaan selama ini harus diakhiri, dengan tidak menjadi petani lagi. Ayah dan ibunya selalu menasehati anaknya agar tidak menjadi petani, karena menjadi petani itu susah. Menjadi petani itu tidak ada harganya, pekerjaan yang berat tidak seimbang dengan apa yang akan diperoleh. Sejak kecil tidak ada anak yang di ajari untuk bercita-cita menjadi petani, yang ada pasti menjadi dokter, masinis, kondektur, arsitek atau pilot. Bahkan ada sebuah nyanyian di taman kanak-kanak (TK) yang selalu dinyanyikan seperti ini “Aku kepengen pinter, biar jadi dokter” memang kita bisa menjadi dokter pertanian, tetapi dokter yang mengobati pasien (manusia) yang lebih didambakan.
Dan masih banyak lagi pandangan buruk pertanian yang  tertanam di dalam otak dan pikiran anak-anak muda yang membuat pertanian semakin dihindari. Bahkan yang lebih menyedihkan dari ribuan mahasiswa lulusan sarjana pertanian banyak dari mereka yang bekerja di bidang selain pertanian.  Dan disinilah masalah regenerasi pertanian mulai muncul,  pemuda yang dijuluki agen of change dan iron stock ternyata malah tidak menyukai bidang pekerjaan yang menjadi potensi terbesar di negara ini. Pemuda adalah agen perubahan, ide-ide cemerlangnya, kreatifitas tiada batas dengan intelektual tinggi yang diharapkan dapat merubah pertanian Indonesia menjadi lebih bermanfaat dan menyejahterakan bagi bangsa ini.
Memang di Indonesia mempunyai banyak masalah-masalah lingkungan yang menghambat sektor pertanian, namun masalah regenerasi pertanian adalah yang paling penting. Banyak mahasiswa pertanian adalah mahasiswa yang tidak diterima di fakultas lain sehingga pertanian menjadi opsi terakhir mereka. Akibatnya mereka tidak mengenal pertanian, mereka hanya berburu gelar untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan tidak memikirkan apa itu pertanian. Oleh karena itu pandangan pertanian di mata pemuda harus dirubah. Perubahan yang baik adalah perubahan yang menyeluruh, tidak hanya pada waktu masuk perguruan tinggi baru dikenalkan pertanian bahkan kalau perlu sejak kecilpun harus sudah dikenalkan pertanian.
Penyuluhan seharusnya tidak hanya dilakukan kepada para petani saja, namun pemuda sebagai calon perubah pertanian juga harus diberi penyuluhan. Dengan penanaman pola pikir dan pandangan mengenai pertanian yang baik akan membuat para pemuda lebih memahami dan tidak lagi memandang pertanian sebelah mata. Penyuluhan dan pemberian pandangan terhadap pertanian dapat dilakukan dengan cara mengenalkan apa itu pertanian dan bagaimana peluangnya di Indonesia sebagai negara agraris. Serta meyakinkan bahwa menjadi petani itu adalah sebuah pekerjaan yang mulia karena telah menyediakan sumber pangan bagi orang lain. Semua orang butuh makan, dosen, guru, dokter, masinis, ilmuwan, bahkan presiden pun butuh makan. Kurang mulia bagaimana pertanian ini.
Pertanian dibutuhkan sepanjang masa selama kehidupan masih terus berlangsung. Pertanian akan selalu laku untuk dipasarkan, selama manusia masih butuh makan. Pertanian harus ada disetiap waktu karena manusia makan tidak hanya sekali dalam sehari. Oleh karena itu  arti penting pertanian harus kita tanamkan kepada generasi muda sejak dini, tidak hanya pada waktu masuk kuliah tapi sejak TK, SD, SMP dan SMA. Ingat prinsip pertanian adalah menanam, dengan menanamkan pertanian di otak dan pikiran serta hati para generasi pembawa perubahan, tidak dapat dipungkiri lagi pertanian Indonesia akan berkembang luar biasa bahkan menjadi nomor satu di dunia. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar