Pertanian Indonesia
Indonesia, negara yang terbentang
dari Sabang hingga Merauke. Dari Pulau Weh sampai Pulau Rote yang penuh dengan
anugrah dari Tuhan. Dengan luas mencapai
5.193.250 km2 yang
terdiri dari 17.506 pulau serta dikelilingi laut indah nan permai. Daratan
terhampar luas dengan gunung-gunung menjulang tinggi dialiri sungai-sungai yang
menjadi sumber kehidupan. Sungguh subur tanah di Indonesia ini, tak heran dahulu
banyak bangsa lain yang ingin mengusai negeri ini. Mereka berkata bahwa tanah
ini adalah tanah surga, apapun yang ditanam di negeri ini pasti akan tumbuh
subur.
Tanah yang subur menjadikan
Indonesia menjadi negara agraris, negara dengan sektor pertanian yang
diunggulkan yang diharapkan dapat menyejahterakan rakyatnya. Sudah ratusan
tahun lalu nenek moyang bangsa ini melakukan budidaya pertanian tapi apa
kenyataannya, pada tahun 2013 Indonesia masih saja mengimpor produk-produk
pertanian seperti kedelai, bawang putih, bawang merah, serta produk-produk
pertanian lainnya.
Berbagai
usaha telah dikerahkan untuk memajukan dan membangun pertanian. Jika dilihat di
lapangan, pemerintah sudah berusaha dengan mengerahkan penyuluh-penyuluh
pertanian untuk membantu petani, pupuk-pupuk bersubsidi didistribusikan, kelompok-kelompok
tani dibentuk untuk memudahkan komunikasi. Petani juga sudah berusaha, tenaga
tua mereka gadaikan untuk panen yang belum dapat dipastikan. Lalu bagaimanakah dengan usaha para pemuda yang
memegang masa depan bangsa, masa depan pertanian Indonesia.
Pertanian
adalah sebuah bidang pekerjaan yang identik dengan penderitaan. Panas, hujan,
angin, lumpur, ular berbisa seakan melekat dalam dunia pertanian yang menjadi
resiko pasti yang akan dihadapi. Begitupun dengan petani, sosok seseorang yang
menggeluti dunia pertanian. Badannya kurus, bajunya kotor, keringatnya
bercucuran, dengan nafas yang tersengal-sengal. Usahanya keras tapi hasilnya
masih dipertaruhkan. Keadaan ekonominya lemah atau di bawah rata-rata dan dapat
dikatakan hidupnya kurang sejahtera. Setidaknya begitulah pandangan umum yang
kerap dilihat banyak orang mengenai pertanian Indonesia, baik dilihat secara
langsung maupun yang ditampilkan di media-media informasi baik elektronik
maupun cetak.
Pertanianpun
dipandang sebelah mata di era modern ini. Banyak pekerjaan selain petani, yang
tentunya lebih mudah, tidak perlu usaha keras namun hasilnya maksimal, serta
serba instan. Teknologi baru yang digandrungi, seperti robot dan komputer yang
perkembangannya sangat dikagumi banyak pemuda. Misalnya saja handphone dengan
inovasi terbaru yang selalu menjadi buruan, warnet-warnet dengan game online
yang selalu ramai serta mall dan pusat perbelanjaan yang tak pernah sepi
dipenuhi anak muda.
Pendidikan di bidang pertanian juga kurang
disegani, terbukti dengan siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) yang lebih
banyak memilih jurusan teknik dari pada pertanian serta para pendaftar
perguruan tinggi yang menempatkan pertanian menjadi opsi terakhir mereka.
Pertanian
semakin tak berarti lagi. Sebagian besar anak Indonesia, yang ayah dan ibunya
bekerja sebagai petani tak lagi bercita-cita menjadi petani. Penderitaan selama
ini harus diakhiri, dengan tidak menjadi petani lagi. Ayah dan ibunya selalu
menasehati anaknya agar tidak menjadi petani, karena menjadi petani itu susah. Menjadi
petani itu tidak ada harganya, pekerjaan yang berat tidak seimbang dengan apa
yang akan diperoleh. Sejak kecil tidak ada anak yang di ajari untuk
bercita-cita menjadi petani, yang ada pasti menjadi dokter, masinis, kondektur,
arsitek atau pilot. Bahkan ada sebuah nyanyian di taman kanak-kanak (TK) yang
selalu dinyanyikan seperti ini “Aku
kepengen pinter, biar jadi dokter” memang kita bisa menjadi dokter
pertanian, tetapi dokter yang mengobati pasien (manusia) yang lebih didambakan.
Dan
masih banyak lagi pandangan buruk pertanian yang tertanam di dalam otak dan pikiran anak-anak
muda yang membuat pertanian semakin dihindari. Bahkan yang lebih menyedihkan dari
ribuan mahasiswa lulusan sarjana pertanian banyak dari mereka yang bekerja di
bidang selain pertanian. Dan disinilah
masalah regenerasi pertanian mulai muncul,
pemuda yang dijuluki agen of
change dan iron stock ternyata
malah tidak menyukai bidang pekerjaan yang menjadi potensi terbesar di negara
ini. Pemuda adalah agen perubahan, ide-ide cemerlangnya, kreatifitas tiada batas
dengan intelektual tinggi yang diharapkan dapat merubah pertanian Indonesia menjadi
lebih bermanfaat dan menyejahterakan bagi bangsa ini.
Memang
di Indonesia mempunyai banyak masalah-masalah lingkungan yang menghambat sektor
pertanian, namun masalah regenerasi pertanian adalah yang paling penting. Banyak
mahasiswa pertanian adalah mahasiswa yang tidak diterima di fakultas lain
sehingga pertanian menjadi opsi terakhir mereka. Akibatnya mereka tidak
mengenal pertanian, mereka hanya berburu gelar untuk mendapatkan pekerjaan yang
lebih baik dan tidak memikirkan apa itu pertanian. Oleh karena itu pandangan
pertanian di mata pemuda harus dirubah. Perubahan yang baik adalah perubahan
yang menyeluruh, tidak hanya pada waktu masuk perguruan tinggi baru dikenalkan
pertanian bahkan kalau perlu sejak kecilpun harus sudah dikenalkan pertanian.
Penyuluhan
seharusnya tidak hanya dilakukan kepada para petani saja, namun pemuda sebagai
calon perubah pertanian juga harus diberi penyuluhan. Dengan penanaman pola
pikir dan pandangan mengenai pertanian yang baik akan membuat para pemuda lebih
memahami dan tidak lagi memandang pertanian sebelah mata. Penyuluhan dan
pemberian pandangan terhadap pertanian dapat dilakukan dengan cara mengenalkan
apa itu pertanian dan bagaimana peluangnya di Indonesia sebagai negara agraris.
Serta meyakinkan bahwa menjadi petani itu adalah sebuah pekerjaan yang mulia
karena telah menyediakan sumber pangan bagi orang lain. Semua orang butuh
makan, dosen, guru, dokter, masinis, ilmuwan, bahkan presiden pun butuh makan.
Kurang mulia bagaimana pertanian ini.
Pertanian
dibutuhkan sepanjang masa selama kehidupan masih terus berlangsung. Pertanian
akan selalu laku untuk dipasarkan, selama manusia masih butuh makan. Pertanian
harus ada disetiap waktu karena manusia makan tidak hanya sekali dalam sehari.
Oleh karena itu arti penting pertanian
harus kita tanamkan kepada generasi muda sejak dini, tidak hanya pada waktu
masuk kuliah tapi sejak TK, SD, SMP dan SMA. Ingat prinsip pertanian adalah
menanam, dengan menanamkan pertanian di otak dan pikiran serta hati para
generasi pembawa perubahan, tidak dapat dipungkiri lagi pertanian Indonesia
akan berkembang luar biasa bahkan menjadi nomor satu di dunia. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar